Wayang adalah seni pertunjukkan asli Indonesia yang berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali. Selain itu beberapa daerah seperti Sumatera dan Semenanjung Malaya juga memiliki beberapa budaya wayang yang terpengaruh oleh kebudayaan Jawa dan Hindu.
UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Sebenarnya, pertunjukan boneka tak hanya ada di Indonesia karena banyak pula negara lain yang memiliki pertunjukan boneka.
Namun pertunjukan bayangan boneka (Wayang) di Indonesia memiliki gaya
tutur dan keunikan tersendiri, yang merupakan mahakarya asli dari
Indonesia. Untuk itulah UNESCO memasukannya ke dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia pada tahun 2003.
Tak ada bukti yang menunjukkan wayang telah ada sebelum agama Hindu menyebar di Asia Selatan. Diperkirakan seni pertunjukan dibawa masuk oleh pedagang India.
Namun demikian, kejeniusan lokal dan kebudayaan yang ada sebelum
masuknya Hindu menyatu dengan perkembangan seni pertunjukan yang masuk
memberi warna tersendiri pada seni pertunjukan di Indonesia. Sampai saat
ini, catatan awal yang bisa didapat tentang pertunjukan wayang berasal
dari Prasasti Balitung di Abad ke 4 yang berbunyi si Galigi mawayang
Ketika agama Hindu masuk ke Indonesia dan menyesuaikan kebudayaan
yang sudah ada, seni pertunjukan ini menjadi media efektif menyebarkan
agama Hindu. Pertunjukan wayang menggunakan cerita Ramayana dan Mahabharata.Demikian juga saat masuknya Islam, ketika pertunjukan yang menampilkan “Tuhan” atau “Dewa” dalam wujud manusia dilarang, munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit sapi,
dimana saat pertunjukan yang ditonton hanyalah bayangannya saja. Wayang
inilah yang sekarang kita kenal sebagai wayang kulit. Untuk menyebarkan
Islam, berkembang juga wayang Sadat yang memperkenalkan nilai-nilai Islam.Ketika misionaris Katolik, Pastor Timotheus L. Wignyosubroto, SJ pada tahun 1960 dalam misinya menyebarkan agama Katolik, ia mengembangkan Wayang Wahyu, yang sumber ceritanya berasal dari Alkitab.
Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji.
Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ). Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa Barat.
Macam-Macam Wayang Kulit :
1.Wayang Purwa
- Wayang purwa atau wayang kulit purwa. Kata purwa (pertama) dipakai untuk membedakan wayang jenis ini dengan wayang kulit yang lainnya. Banyak jenis wayang kulit mulai dari wayang wahyu, wayang sadat, wayang gedhog, wayang kancil, wayang pancasila
dan sebagainya. Purwa berarti awal, wayang purwa diperkirakan mempunyai
umur yang paling tua di antara wayang kulit lainnya. Kemungkinan
mengenai berita adanya wayang kulit purwa dapat dilihat dari adanya prasasti di ababd 11 pada zaman pemerintahan Erlangga yang menyebutkan:
Hanonton ringgit manangis asekel muda hidepan, huwus wruh towin jan walulang inukir molah angucap
yang artinya:
Ada orang melihat wayang menangis, kagum, serta sedih hatinya. Walaupun sudah mengerti bahwa yang dilihat itu hanya kulit yang dipahat berbentuk orang dapat bergerak dan berbicara
Petikan di atas adalah bait 59 dalam Kakawin Arjuna Wiwaha karya Empu Kanwa (1030), salah satu sumber tertulis tertua dan autentik tentang pertunjukan wayang kulit yang mulai dikenal di Jawa, yaitu pada masa pemerintahan Dharmawangsa Airlangga di Kerajaan Kediri.
Wayang purwa sendiri biasanya menggunakan ceritera Ramayana dan Mahabarata, sedangkan jika sudah merambah ke ceritera Panji biasanya disajikan dengan wayang Gedhog. Wayang kulit purwa sendiri terdiri dari beberapa gaya atau gagrak seperti gagrak Kasunanan, Mangkunegaran, Ngayogjakarta, Banyumasan, Jawatimuran, Kedu, Cirebon, dan sebagainya.
Wayang kulit purwa terbuat dari bahan kulit kerbau yang ditatah dan diberi warna sesuai dengan kaidah pulasan wayang pedalangan, diberi tangkai dari bahan tanduk kerbau bule yang diolah sedemikian rupa dengan nama cempurit yang terdiri dari tuding dan gapit.
Ditinjau dari bentuk bangunnya wayang kulit purwa dapat digolongkan menjadi beberapa golongan antara lain:
- Wayang Kidang kencana; boneka wayang berukuran sedang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, sesuai dengan kebutuhan untuk mendalang (wayang pedalangan).
- Wayang Ageng; yaitu boneka wayang yang berukuran besar, terutama anggota badannya di bagian lambung dan kaki melebihi wayang biasa, wayang ini disebut wayang jujudan.
- Wayang kaper;yaitu wayang yang berukuran lebih kecil dari pada wayang biasa.
- Wayang Kateb;yaitu wayang yang ukuran kakinya terlalku panjang tidak seimbang dengan badannya.
Ki Entus Susumono dari Tegal bahkan telah banyak membuat kreasi wayang kulit ini, mulai dari wayang planet, wayang tokoh kartun seperti superman, batman, ksatria baja hitam, robot, dinosaurus, dan wayang Rai- Wong (bermuka orang) - tokoh George Walker Bush, Saddam Hussein, sampai pada tokoh-tokoh pejabat pemerintah. Ki Entus juga menggabungkan wayang gagrak Cirebonan dengan Wayang Gagrak Surakarta (bentuk bagian atas wayang Cirebon dan bawah Surakarta).
Penambahan tokoh wayang dalam pergelaran wayang kulit purwa juga semakin marak, misalnya dengan ditambahkannya berbagai boneka wayang dari tokoh polisi, Helikopter, ambulans, barisan Tentara, Pemain drum band, sampai tokoh Mbah Marijan.
2.Wayang Kulit Gagrag Yogyakarta
3.Wayang Kulit Gagrag Banyumasan
4. Wayang Madya
Wayang gedog yang kita kenal sekarang, konon diciptakan oleh Sunan Giri pada tahun 1485 (gaman naga kinaryeng bathara) pada saat mewakili raja Demak yang sedang melakukan penyerbuan ke Jawa Timur (invasi Trenggono ke Pasuruan).
Wayang Gedog baru memakai keris pada zaman panembahan Senapati di Mataram. Barulah pada masa Pakubuwana III di Solo wayang gedog diperbarui, dibuat mirip wayang purwa, dengan nama Kyai Dewakaton.
Dalam pementasannya, wayang gedog memakai gamelan berlaras pelog dan memakai punakawan Bancak dan Doyok untuk tokoh Panji tua , Ronggotono dan Ronggotani untuk Klana, dan Sebul-Palet untuk Panji muda.Seringkali dalam wayang gedog muncul figur wayang yang aneh, seperti gunungan sekaten, siter (kecapi), payung yang terkembang, perahu, dan lain-lain.
Di Surakarta, tinggal ada dua dalang wayang gedog, yaitu Bp. Subantar (SMKI/ Konservatori) dan Bp. Bambang Suwarno, S.Kar (STSI) yang juga salah satu desainer wayang gedog yang masih bertahan sampai sekarang.
Wayang Gedog adalah wayang kulit yang menceritakan kisah sejak Sri Gatayu, Putera Prabu Jayalengkara sampai masa Prabu Kuda Laleyan. Sebutan Wayang Gedog diperkirakan berasal dari pertunjukan Wayang Gedog yang mula mula tanpa iringan kecrek (besi), sehingga bunyi suara keprak "dog" sangat dominan.
Cerita Wayang Gedog bersumber pada cerita Panji yang muncul pada zaman Kediri dan Majapahit. Istilah Panji sebagai gelar ksatria dan raja muncul pada zaman pemerintahan Jayabaya di Kediri pada abad XI. Pada masa itu Jayabaya bergelar Sang Mapanji Jayabaya yang memerintah pada tahun 1135-1157. Selain gelar panji, muncul juga gelar dengan mengambil nama-nama binatang perkasa sebagai penghormatan.
6. Wayang Dupara
7. Wayang Wahyu
8. Wayang Suluh
9. Wayang Kancil
10.Wayang Calonarang
11.Wayang Krucil
13.Wayang Sasak
Wayang
Sasak adalah pemberian nama terhadap wayang kulit yang berkembang di
Lombok Nusa Tenggara Barat. Wayang kulit di Lombok diperkirakan masuk
bersamaan dengan penyebaran agama Islam. Sedang Agama Islam masuk Lombok
pada abad 16 yang dibawa oleh Sunan Prapen putra dari Sunan Giri. Ada
juga yang berpendapat bahwa wayang di Lombok diciptakan oleh pangeran
Sangupati. Ia adalah seorang mubalig Islam.
Cerita
wayang di Lombok pada dasarnya mengambil cerita Menak yang berasal dari
Persia yang masuk ke Indonesia melalui tanah Melayu lalu masuk ke Jawa
dan tersebar sampai ke Lombok. Cerita-cerita ini ditulis di atas daun
lontar dalam bahasa Jawa dengan huruf Jejawan (huruf Sasak). Cerita
Menak ini ditulis sesuai dengan peristiwanya seperti : Bangbari, Gendit
Birayung, Bidara Kawitan, Selandir, Dewi Rengganis dan sebagainya.
Pada mulanya, wayang kulit Sasak dipergelarkan sebagai media dakwah. Selanjutnya, dipergerkan pula untuk upacara adat, seperti khitanan, cukur rambut, dan sebagainya. Disamping sebagai hiburan, pada saat ini wayang di Lombok mempunyai peranan sebagai sarana dakwah dan sarana pendidikan moral serta sebagai sarana media komunikasi untuk menyampaikan program-program pembangunan.
15.Wayang ParwaWayang Parwa adalah Wayang kulit yang membawakan lakon - lakon yang bersumber dari wiracarita Mahabrata yang juga dikenal sebagai Astha Dasa Parwa. Wayang Parwa adalah Wayang Kulit yang paling populer dan terdapat di seluruh Bali. Wayang Parwa dipentaskan pada malam hari, dengan memakai kelir dan lampu blencong dan diiringi dengan Gamelan Gender Wayang.
Walaupun demikian, ada jenis Wayang Parwa yang waktu penyelenggaraannya tidak harus pada malam hari. Jenis itu adalah Wayang Upacara atau wayang sakral, yaitu Wayang Sapuh Leger dan Wayang Sudamala. Waktu penyelenggaraannya disesuaikan dengan waktu upacara keseluruhan.
Wayang Parwa dipentaskan dalam kaitannya dengan berbagai jenis upacara adat dan agama walaupun pertunjukannya sendiri berfungsi sebagai hiburan yang bersifat sekuler. Dalam pertunjukannya, dalang Wayang Parwa bisa saja mengambil lakon dari cerita Bharata Yudha atau bagian lain dari cerita Mahabharata. Oleh sebab itu jumlah lakon Wayang Parwa adalah paling banyak.
16.Wayang ArjaWayang arja adalah sebuah wayang ciptaan baru yang diciptakan pada tahun 1975 oleh dalang I Made Sidja dari desa Bona, atas dorongan almarhum I Ketut Rindha. Permunculan wayang ini banyak dirangsang oleh kondisi kehidupan Dramatari Arja yang ketika itu memprihatinkan, didesak oleh Drama Gong. Walaupun masih tetap mempertahankan pola pertunjukan wayang tradisional Bali, Wayang Arja menampilkan lakon-lakon yang bersumber pada cerita Panji (Malat).
Dalam Wayang Arja, peran utama yang memegang pokok cerita adalah tentang kerajaan-kerajaan yang terbagi dalam sisi "kanan" dan "kiri". Kerajaan-kerajaan yang terangkum dalam sekutu "kanan" antara lain adalah seperti Daha, Koripan, Singasari, dan Gegelang, sementara pihak "kiri"-nya adalah Lasem Metaum, Pajang Mataram, Cemara, dan Pajarakan.
Dalam wayang ini plot dramatik disusun hampir sama dengan yang terdapat di dalam Dramatari Arja. Oleh sebab itu pertunjukan Wayang Arja berkesan pagelaran Arja dalam bentuk Wayang Kulit. 17.Wayang GambuhWayang Gambuh adalah salah satu jenis wayang Bali yang langka, pada dasarnya adalah pertunjukan wayang kulit yang melakonkan ceritera Malat, seperti wayang panji yang ada di Jawa.
Karena lakon dan pola acuan pertunjukan adalah Dramatari Gambuh, maka dalam banyak hal wayang Gambuh merupakan pementasan Gambuh melalui wayang kulit. Tokoh-tokoh yang ditampilkan ditransfer dari tokoh-tokoh Pegambuhan, demikian pula gamelan pengiring dan bentuk ucapan-ucapannya.
Konon perangkat wayang Gambuh yang kini tersimpan di Blahbatuh adalah pemberian dari raja Mengwi yang bergelar I Gusti Agung Sakti Blambangan, yang membawa wayang dari tanah Jawa (Blambangan) setelah menaklukan raja Blambangan sekitar tahun 1634. Almarhum I Ketut Rinda adalah salah satu dalang wayang Gambuh angkatan terakhir yang sebelum meninggal sempat menurunkan keahliannya kepada I Made Sidja dari (Bona) dan I Wayan Nartha (dari Sukawati).
18.Wayang CupakWayang Cupak termasuk wayang kulit Bali yang sangat langka, adalah pertunjukan wayang kulit yang melakonkan cerita Cupak Grantang yang mengisahkan perjalanan hidup dari dua putra Bhatara Brahma yang sangat berbeda wataknya.
Bentuk pertunjukan wayang ini tidak jauh berbeda dengan wayang kulit Bali lainnya hanya saja tokoh-tokoh utamanya terbatas pada Cupak dan Grantang, Men Bekung dan suaminya Pan Bekung, Raksasa Benaru, Galuh Daha, Prabu Gobagwesi dan lain sebagainya.
Pertunjukan wayang Cupak pada dasarnya masih tetap berpegang kepada pola serta struktur pementasan wayang kulit tradisional Bali (wayang Parwa).
19.Wayang Beber
Wayang Beber adalah seni wayang yang muncul dan berkembang di Jawa pada masa pra Islam dan masih berkembang di daerah daerah tertentu di Pulau Jawa. Dinamakan wayang beber karena berupa lembaran lembaran (beberan) yang dibentuk menjadi tokoh tokoh dalam cerita wayang baik Mahabharata maupun Ramayana.
Wayang beber muncul dan berkembang di Pulau Jawa pada masa kerajaan Majapahit. Gambar-gambar tokoh pewayangan dilukiskan pada selembar kain atau kertas, kemudian disusun adegan demi adegan berurutan sesuai dengan urutan cerita. Gambar-gambar ini dimainkan dengan cara dibeber. Saat ini hanya beberapa kalangan di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Karangmojo Gunung Kidul, yang masih menyimpan dan memainkan wayang beber ini.
Konon oleh para Wali di antaranya adalah Sunan Kalijaga wayang beber ini dimodifikasi bentuk menjadi wayang kulit dengan bentuk bentuk yang bersifat ornamen yang dikenal sekarang, karena ajaran Islam mengharamkan bentuk gambar makhluk hidup (manusia, hewan) maupun patung serta menambahkan Pusaka Hyang Kalimusada. Wayang hasil modifikasi para wali inilah yang digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam dan yang kita kenal sekarang.
Salah satu Wayang Beber tua ditemukan di Daerah Pacitan, Donorojo, wayang ini dipegang oleh seseorang yang secara turun-temurun dipercaya memeliharanya dan tidak akan dipegang oleh orang dari keturunan yang berbeda karena mereka percaya bahwa itu sebuah amanat luhur yang harus dipelihara. Selain di Pacitan juga sampai sekarang masih tersimpan dengan baik dan masing dimainkan ada di Dusun Gelaran Desa Bejiharjo, Karangmojo Gunungkidul.
Menurut Kitab Sastro Mirudo, Wayang Beber dibuat pada tahun 1283, dengan Condro Sengkolo, Gunaning Bujonggo Nembah Ing Dewo (1283), Kemudian dilanjutkan oleh Putra Prabu Bhre Wijaya, Raden Sungging Prabangkara, dalam pembuatan wayang beber. Wayang Beber juga memuat banyak cerita Panji, yakni Kisah Cinta Panji Asmoro Bangun yang merajut cintanya dengan Dewi Sekartaji Putri Jenggolo.
- WAYANG KAYU sebuah wayang yang bahan pembuatannya berasal dari kayu.
- Wayang Golek atau Wayang Tengul Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan wayang yang terbuat dari boneka kayu, yang terutama sangat populer di wilayah Tanah Pasundan.
- Wayang Menak Wayang Menak atau disebut juga Wayang Golek Menak merupakan wayang berbentuk boneka kayu yang diyakini muncul pertama kali di daerah Kudus
pada masa pemerintahan Sunan Paku Buwana II. Sumber cerita Wayang Menak
berasal dari Kitab Menak, yang ditulis atas kehendak Kanjeng Ratu Mas
Balitar, permaisuri Sunan Paku Buwana I pada tahun 1717 M.
Babon induk dari Kitab Menak berasal dari Persia, menceritakan Wong Agung Jayeng Rana atau Amir Ambyah (Amir Hamzah), paman Nabi Muhammad SAW. Isi pokok cerita adalah permusuhan antara Wong Agung Jayeng Rana yang beragama Islam dengan Prabu Nursewan yang belum memeluk agama Islam.
3. Wayang Papak atau Wayang Cepak
Wayang Golek Papak merupakan seni pedalangan di daerah Cirebon. Wayang Golek Papak sering disebut dengan Wayang Cepak, karena mempunyai kemiripan arti istilah “papak” dalam bahasa Sunda berarti “Cepak”. Ini membuktikan bahwa wayang Papak berkembang juga di Sunda.
Dalam Wayang Papak menyampaikan cerita babad, legenda, mitos, riwayat para leluhur di Jawa Barat atau di Jawa pada umumnya. Cerita-cerita Panji dan Menak sering kali ditampilkan.
Siapa dan kapan Wayang Golek Papak diciptakan tidak diketahui dengan pasti. Diperkirakan Wayang Golek Papak berkaitan dengan penyebaran Agama Islam oleh para Wali. Atas prakarsa Sunan Gunung Jati, Wali Sanga menciptakan beberapa jenis kesenian dan dipimpin oleh Sunan Kalijaga. Diantara kesenian yang diciptakan yaitu Pakeliran Wayang Kulit, Topeng, Barongan, Wayang Wong, Wayang Golek Papak, Wayang Golek Purwa, Reyog dan sebagainya. Diharapkan kesenian yang diciptakan tersebut dapat menjadi sarana dalam pengembangan Islam. Selanjutnya, pakeliran wayang kulit dikembangkan di keraton Cirebon, disamping Wayang Wong dan Wayang Papak.
Semula wayang Papak diselenggarakan sebagai upacara ketika seseorang masuk Agama Islam. Orang yang akan masuk Islam itu harus dipapak (disunat), giginya juga harus dipapak (diratakan) dan rambutnya juga harus dipapak (dicukur). Dari fungsi pertunjukkan tersebut kemudia disebut dengan wayang Papak.
Dugaan lain, asal mula wayang Papak – seperti yang diceriterakan oleh Bapak Tunggal Gunawijaya (alm)- berasal dari Pangeran Sutajaya. Ia adalah salah seorang Senapati Kesultanan Carbon dalam pemerintahan Panembahan Adiningrat Kusumah (1649-1655). Pangeran Sutajaya bergelar Pangeran Papak. Ia pernah memberikan seperangkat wayang Golek kepada kepada salah satu bawahannya yang bernama Ki Prengut dengan harapan untuk menyebarkan Agama Islam.. Selanjutnya, wayang tersebut dinamakan dengan Wayang Papak.
4. Wayang Klithik
Wayang klithik adalah wayang yang terbuat dari kayu. Berbeda dengan wayang golek yang mirip dengan boneka, wayang klitik berbentuk pipih seperti wayang kulit.
Wayang ini pertama kali diciptakan oleh Pangeran Pekik, adipati Surabaya, dari bahan kulit dan berukuran kecil sehingga lebih sering disebut dengan wayang krucil. Munculnya wayang menak yang terbuat dari kayu, membuat Sunan Pakubuwana II kemudian menciptakan wayang klithik yang terbuat dari kayu yang pipih (dua dimensi). Tangan wayang ini dibuat dari kulit yang ditatah. Berbeda dengan wayang lainnya, wayang klithik memiliki gagang yang terbuat dari kayu. Apabila pentas menimbulkan bunyi "klithik, klithik" yang diyakini sebagai asal mula istilah penyebutan wayang klithik.
Di Jawa Tengah wayang klithik memiliki bentuk yang mirip dengan wayang gedog. Tokoh-tokohnya memakai dodot rapekan, berkeris, dan menggunakan tutup kepala tekes (kipas). Di Jawa Timur tokoh-tokohnya banyak yang menyerupai wayang purwa, raja-rajanya bermahkota dan memakai praba. Di Jawa Tengah, tokoh-tokoh rajanya bergelung Keling atau Garuda Mungkur saja.
Repertoar cerita wayang klitik juga berbeda dengan wayang kulit. Di mana repertoar cerita wayang kulit diambil dari wiracarita Ramayana dan Mahabharata, repertoar cerita wayang klitik diambil dari siklus cerita Panji dan Damarwulan.
Cerita yang dipakai dalam wayang klithik umumnya mengambil dari zaman Panji Kudalaleyan di Pajajaran hingga zaman Prabu Brawijaya di Majapahit. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan wayang krucil memakai cerita wayang purwa dan wayang menak, bahkan dari Babad Tanah Jawi sekalipun.
Gamelan yang dipergunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang ini amat sederhana, berlaras slendro dan berirama playon bangomati (srepegan). Ada kalanya wayang klithik menggunakan gending-gending besar.
5. Wayang Timplong
Wayang Timplong adalah sejenis kesenian wayang dari daerah Nganjuk, Jawa Timur.
Kesenian tradisional ini konon mulai ada sejak tahun 1910 dari Dusun Kedung Bajul Desa Jetis, Kecamatan Pace, provinsi Jawa Timur. Wayang ini terbuat dari kayu, baik kayu waru, mentaos, maupun pinus. Instrumen gamelan yang digunakan sebagai musik pengiring, juga sangat sederhana. Hanya terdiri dari Gambang yang terbuat dari kayu atau bambu, ketuk kenong, kempul dan kendang.
6. Wayang Potehi
Wayang Potehi merupakan salah satu jenis wayang khas Tionghoa yang berasal dari Cina bagian selatan. Kesenian ini dibawa oleh perantau etnis Tionghoa ke berbagai wilayah Nusantara pada masa lampau dan telah menjadi salah satu jenis kesenian tradisional Indonesia.
- WAYANG ORANG Wayang orang disebut juga dengan istilah wayang wong (bahasa Jawa) adalah wayang
yang dimainkan dengan menggunakan orang sebagai tokoh dalam cerita
wayang tersebut. Wayang orang diciptakan oleh Sultan Hamangkurat I pada
tahun 1731.
Sesuai dengan nama sebutannya, wayang tersebut tidak lagi dipergelarkan dengan memainkan boneka-boneka wayang (wayang kulit yang biasanya terbuat dari bahan kulit kerbau ataupun yang lain), akan tetapi menampilkan manusia-manusia sebagai pengganti boneka-boneka wayang tersebut. Mereka memakai pakaian sama seperti hiasan-hiasan yang dipakai pada wayang kulit. Supaya bentuk muka atau bangun muka mereka menyerupai wayang kulit (kalau dilihat dari samping), sering kali pemain wayang orang ini diubah/dihias mukanya dengan tambahan gambar atau lukisan.
Pertunjukan wayang orang yang masih ada saat ini, salah satunya adalah wayang orang Barata (di kawasan Pasar Senen, Jakarta), Taman Mini Indonesia Indah, Taman Sriwedari Solo, Taman Budaya Raden Saleh Semarang, dan lain-lain.
1. Wayang Gung
Wayang Gung adalah sejenis kesenian wayang orang pada suku Banjar di Kalimantan Selatan.
2. Wayang Topeng
Wayang Topeng pada dasarnya mirip dengan Wayang Orang. Perbedaannya adalah penggunaan perlengkapan topeng penutup wajah pada Wayang Topeng. Selebihnya, iringan gamelan, cara pementasan, tari, dan lain-lain lebih kurang serupa dengan Wayang Orang.Sebagian peneliti wayang memperkirakan Wayang Topeng Purwa merupakan Wayang topeng yang pertama, diciptakan oleh Sunan Kalijaga, salah seorang dari Walisanga. Ini terjadi pada tahun 1586 M, atau 1508 saka, ditandai dengan candra sengkala Hangesti Sirna Yakseng Bawana, di zaman Kesultanan Demak.Selain menyebar ke berbagai daerah, dalam perkembangannya, Wayang Topeng itu terpecah menjadi beberapa jenis diantaranya adalah: Wayang Topeng Purwa yang menggunakan topeng untuk peran-peran kera pada cerita Ramayana, dan peran-peran raksasa, misalnya Kumbakarta, Prahasta, dan lain-lain.- WAYANG RUMPUT atau WAYANG SUKETWayang Suket atau rumput adalah seni pertunjukan multimedia yang merupakan eksplorasi inovatif dari seni pertunjukan yang tradisi (kulit) yang dipadu dengan teater, tari dan musik. Selain itu, lakon dalam wayang suket juga tidak selalu diceritakan oleh dalang melalui karakter wayang, tapi dimainkan juga oleh personal lainnya dalam bentuk teater dan tari. Dialog bukan Cuma milik dalang, tapi juga terjadi di antara pemain dan dalang.Rumput, bahan dari karakter wayang suket, mengandung filosofi mengenai kehidupan, karena walaupun hidup di bawah dan kerap diinjak, bahkan dipangkas, tetap dapat bertahan hidup. Tumbuhnya rumput juga selalu diikuti keberadaan unsure alam lain, seperti tanah, air, udara dan matahari. Hal ini juga memberi illustrasi terhadap nasib pertunjukan wayang, ketika sempat menjadi tontonan mewah, untuk kalangan ‘istana’, wayang tetap dinikmati dan dipentaskan masyarakat dipedesaan kebanyakan. Salah satunya adalah dengan membuat wayang dari rumput, seperti wayang suket ini. Banyak pengamat menyebut wayang suket sebagai symbol semangat tradisi yang terus hidup, bahkan di tengah modernitas dengan tetap mencipta kreasi baru tanpa kehilangan orisinalitas.Tidak heran jika kemudian lakon dalam pertunjukan wayang suket selalu dekat dengan masyarakat, sarat dengan humor- humor cerdas dan padat dengan kandungan renungan filosofis tentang kehidupan.
Salah satu pembuat Wayang Rumput adalah Ki GEPUK yang tinggal di Desa Bantar Barang, Kecamatan Rembang, Purbalingga, Jawa Tengah. Ia mulai membuat Wayang Rumput sewaktu berusia sekitar 23 tahun. Peraga Wayang Rumput yang pertama kali dibuat adalah tokoh Wisanggeni, anak Arjuna dari Dewi Dresanala.
- WAYANG ORANG Wayang orang disebut juga dengan istilah wayang wong (bahasa Jawa) adalah wayang
yang dimainkan dengan menggunakan orang sebagai tokoh dalam cerita
wayang tersebut. Wayang orang diciptakan oleh Sultan Hamangkurat I pada
tahun 1731.
0 comments:
Post a Comment