BLOGGER TEMPLATES Memes

Tuesday, November 27, 2012

WARNA-WARNI WAYANG INDONESIA

              Wayang adalah seni pertunjukkan asli Indonesia yang berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali. Selain itu beberapa daerah seperti Sumatera dan Semenanjung Malaya juga memiliki beberapa budaya wayang yang terpengaruh oleh kebudayaan Jawa dan Hindu.
UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Sebenarnya, pertunjukan boneka tak hanya ada di Indonesia karena banyak pula negara lain yang memiliki pertunjukan boneka. Namun pertunjukan bayangan boneka (Wayang) di Indonesia memiliki gaya tutur dan keunikan tersendiri, yang merupakan mahakarya asli dari Indonesia. Untuk itulah UNESCO memasukannya ke dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia pada tahun 2003.
Tak ada bukti yang menunjukkan wayang telah ada sebelum agama Hindu menyebar di Asia Selatan. Diperkirakan seni pertunjukan dibawa masuk oleh pedagang India. Namun demikian, kejeniusan lokal dan kebudayaan yang ada sebelum masuknya Hindu menyatu dengan perkembangan seni pertunjukan yang masuk memberi warna tersendiri pada seni pertunjukan di Indonesia. Sampai saat ini, catatan awal yang bisa didapat tentang pertunjukan wayang berasal dari Prasasti Balitung di Abad ke 4 yang berbunyi si Galigi mawayang
            Ketika agama Hindu masuk ke Indonesia dan menyesuaikan kebudayaan yang sudah ada, seni pertunjukan ini menjadi media efektif menyebarkan agama Hindu. Pertunjukan wayang menggunakan cerita Ramayana dan Mahabharata.Demikian juga saat masuknya Islam, ketika pertunjukan yang menampilkan “Tuhan” atau “Dewa” dalam wujud manusia dilarang, munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit sapi, dimana saat pertunjukan yang ditonton hanyalah bayangannya saja. Wayang inilah yang sekarang kita kenal sebagai wayang kulit. Untuk menyebarkan Islam, berkembang juga wayang Sadat yang memperkenalkan nilai-nilai Islam.Ketika misionaris Katolik, Pastor Timotheus L. Wignyosubroto, SJ pada tahun 1960 dalam misinya menyebarkan agama Katolik, ia mengembangkan Wayang Wahyu, yang sumber ceritanya berasal dari Alkitab.
  
Jenis-Jenis Wayang Menurut Bahan Pembuatan
  • Wayang Kulit   https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5g5dAaK8e-9chFp_qoxyXR8PfqzaTmCbx3nuLh72Q-yCXjdna-rLIiLCqoeYzpyBlsU9IAk2yR5YaNAUD0PAGCDqrDmaA-SQxoGCINjadZ7NYXyoUvCSiXlLUFkd7OmSIM1K9V0gc39XN/s1600/karna_w_begal__cerma_krusuk.jpgWayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna 'bayangan', hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.
    Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji.
    Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh
    UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ). Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa Barat.

    Macam-Macam Wayang Kulit :


    1.Wayang Purwa
    Pada perkembangannya bentuk bangun wayang kulit ini mengalami perkembangan bahkan pergeseran dari yang tradisi menjadi kreasi baru. Pada zaman Keraton Surakarta masih berjaya dibuat wayang dalam ukuran yang sangat besar yang kemudian diberi nama Kyai Kadung, hal ini yang mungkin mengilhami para dalang khususnya Surakarta untuk membuat wayang dengan ukuran lebih besar lagi. Misalnya Alm. Ki Mulyanto Mangkudarsono dari Sragen, Jawa Tengah membuat Raksasa dengan ukuran 2 meter, dengan bahan 1 lembar kulit kerbau besar dan masih harus disambung lagi. Karya ini yang kemudian ditiru oleh Dalang Muda lainnya termasuk Ki Entus dari Tegal, Ki Purbo Asmoro dari Surakarta, Ki Sudirman dari Sragen dan masih banyak lagi dalang lainnya.
    Ki Entus Susumono dari Tegal bahkan telah banyak membuat kreasi wayang kulit ini, mulai dari wayang planet, wayang tokoh kartun seperti superman, batman, ksatria baja hitam, robot, dinosaurus, dan wayang Rai- Wong (bermuka orang) - tokoh George Walker Bush, Saddam Hussein, sampai pada tokoh-tokoh pejabat pemerintah. Ki Entus juga menggabungkan wayang gagrak Cirebonan dengan Wayang Gagrak Surakarta (bentuk bagian atas wayang Cirebon dan bawah Surakarta).
    Penambahan tokoh wayang dalam pergelaran wayang kulit purwa juga semakin marak, misalnya dengan ditambahkannya berbagai boneka wayang dari tokoh polisi, Helikopter, ambulans, barisan Tentara, Pemain drum band, sampai tokoh Mbah Marijan.

    2.Wayang Kulit Gagrag Yogyakarta
  • Wayang Kulit Gagrag Yogyakarta atau Wayang Kulit Gaya Yogyakarta merupakan wayang kulit yang secara morfologi memiliki ciri bentuk, pola tatahan, dan sunggingan (pewarnaan) yang khas. Selain itu dalam pertunjukan Wayang Kulit Gagrag Yogyakarta juga memiliki unsur-unsur khas yaitu, lakon wayang ( penyajian alur cerita dan maknanya), catur ( narasi dan percakapan) , karawitan ( gendhing, sulukan dan properti panggung ).
    3.Wayang Kulit Gagrag Banyumasan
  • Wayang Kulit Gagrag Banyumasan merupakan salah satu gaya pedalangan di tanah Jawa, yang lebih dikenal dengan istilah pakeliran, dan berperan sebagai bentuk seni klangenan serta dijadikan wahana untuk mempertahankan nilai etika, devosional dan hiburan, yang kualitasnya selalu terjaga dan ditangani sungguh-sungguh oleh para pakar yang memahami benar. Pakeliran ini mencakup unsur-unsur yaitu, lakon wayang (penyajian alur cerita dan maknanya), sabet (seluruh gerak wayang), catur (narasi dan cakapan) , karawitan (gendhing, sulukan dan properti panggung).
    4. Wayang Madya https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUvOZ9YziXvBRiBz1NNQ5MSKCXZyrlOupinrCWmyIjYJ8PJmglXXBf17PV07BJJJ-CPmWKq8n6BJz51GTxXGM34m0WjcqF83VCaP3_HOkmsmPo3fEjONhMu3AdMgAPlaBf7ylUzaqbEWu_/s1600/Bandungbandawasa-01.jpg
  • Wayang Madya adalah Wayang kulit yang diciptakan oleh Mangkunegara IV sebagai penyambung cerita Wayang Purwa dengan Wayang Gedog. Cerita Wayang Madya merupakan peralihan cerita Purwa ke cerita Panji. Salah satu cerita Wayang Madya yang terkenal adalah cerita Anglingdarma. Wayang madya tidak sempat berkembang di luar lingkungan Pura Mangkunegaran. 
  • Cerita Wayang Madya menceritakan sejak wafatnya Prabu Yudayana sampai Prabu Jayalengkara naik tahta. Cerita Wayang Madya ditulis oleh R.Ngabehi Tandakusuma dengan judul Pakem Ringgit Madya yang terdiri dari lima jilid, dan tiap jilid berisi 20 cerita atau lakon.                                          5. Wayang GedogWayang Gedog atau Wayang Panji adalah wayang yang memakai cerita dari serat Panji. Wayang ini mungkin telah ada sejak zaman Majapahit. Bentuk wayangnya hampir sama dengan wayang purwa. Tokoh-tokoh kesatria selalu memakai tekes dan rapekan. Tokoh-tokoh rajanya memakai garuda mungkur dan gelung keling. Dalam cerita Panji tidak ada tokoh raksasa dan kera. Sebagai gantinya, terdapat tokoh Prabu Klana dari Makassar yang memiliki tentara orang-orang Bugis. Namun, tidak selamanya tokoh klana berasal dari Makassar, terdapat pula tokoh-tokoh dari Bantarangin (Ponorogo), seperti Klana Siwandana, kemudian dari Ternate seperti prabu Geniyara dan Daeng Purbayunus, dari Siam seperti Prabu Maesadura, dan dari negara Bali.
    Wayang gedog yang kita kenal sekarang, konon diciptakan oleh Sunan Giri pada tahun 1485 (gaman naga kinaryeng bathara) pada saat mewakili raja Demak yang sedang melakukan penyerbuan ke Jawa Timur (invasi Trenggono ke Pasuruan).
    Wayang Gedog baru memakai keris pada zaman panembahan Senapati di Mataram. Barulah pada masa Pakubuwana III di Solo wayang gedog diperbarui, dibuat mirip wayang purwa, dengan nama Kyai Dewakaton.
    Dalam pementasannya, wayang gedog memakai gamelan berlaras pelog dan memakai punakawan Bancak dan Doyok untuk tokoh Panji tua , Ronggotono dan Ronggotani untuk Klana, dan Sebul-Palet untuk Panji muda.Seringkali dalam wayang gedog muncul figur wayang yang aneh, seperti gunungan sekaten, siter (kecapi), payung yang terkembang, perahu, dan lain-lain.
    Di Surakarta, tinggal ada dua dalang wayang gedog, yaitu Bp. Subantar (SMKI/ Konservatori) dan Bp. Bambang Suwarno, S.Kar (STSI) yang juga salah satu desainer wayang gedog yang masih bertahan sampai sekarang.

    Wayang Gedog adalah wayang kulit yang menceritakan kisah sejak Sri Gatayu, Putera Prabu Jayalengkara sampai masa Prabu Kuda Laleyan. Sebutan Wayang Gedog diperkirakan berasal dari pertunjukan Wayang Gedog yang mula mula tanpa iringan kecrek (besi), sehingga bunyi suara keprak "dog" sangat dominan.
    Cerita Wayang Gedog bersumber pada cerita Panji yang muncul pada zaman Kediri dan Majapahit. Istilah Panji sebagai gelar ksatria dan raja muncul pada zaman pemerintahan Jayabaya di Kediri pada abad XI. Pada masa itu Jayabaya bergelar Sang Mapanji Jayabaya yang memerintah pada tahun 1135-1157. Selain gelar panji, muncul juga gelar dengan mengambil nama-nama binatang perkasa sebagai penghormatan.
    6. Wayang Dupara
    7. Wayang Wahyuhttp://cudear.com/userfolders/puputtrisanti/images/wahyu1.jpg
  • Wayang Wahyu adalah persoalan dilematis, antara setengah boneka wayang dengan setengah gambar manusia realistis
    8. Wayang Suluhhttp://cjoeniani.files.wordpress.com/2008/01/e211.jpg
  • Wayang suluh yang berarti bayangan yang memberi penerangan, karena pengungkapan kisahnya secara terang-terangan,pakaian, dan corak wayangnya,disesuaikan dengan kondisi jaman revolusi.Gambar-gambarnya ada yang menunjukkan tokoh-tokoh pejuang seperti Bung Karno, Bung Hatta, Sutan Syahrir, ada pula yang menggambarkan tokoh-tokoh Belanda., Jep[ang, tentara Gurka dan tentara Pelajar kita, semua dilukiskan persis mernurut keadaan sebenarnya.
    9. Wayang Kancilhttp://wayangauthoring.files.wordpress.com/2009/06/wayang-kancil-small.jpg?w=300&h=250
  • Wayang Kancil diperkenalkan oleh Ki Ledjar Subroto pertama kali pada tahun 1980. Wayang Kancil adalah pertunjukkan seni wayang yang semua tokohnya adalah binatang dengan tokoh utama adalah binatang kancil.
    10.Wayang Calonarang
  • Wayang Calonarang juga sering disebut sebagai Wayang Leyak, adalah salah satu jenis wayang kulit Bali yang dianggap angker karena dalam pertunjukannya banyak mengungkapkan nilai-nilai magis dan rahasia pangiwa dan panengen. Wayang ini pada dasarnya adalah pertunjukan wayang yang mengkhususkan lakon-lakon dari ceritera Calonarang. Sebagai suatu bentuk seni perwayangan yang dipentaskan sebagai seni hiburan, wayang Calonarang masih tetap berpegang pada pola serta struktur pementasan wayang kulit tradisional Bali (Wayang parwa).
    11.Wayang Krucil
  • Wayang krucil adalah kesenian khas Ngawi, Jawa Timur dari bahan kulit dan berukuran kecil sehingga lebih sering disebut dengan Wayang Krucil. Wayang ini dalam perkembangannya menggunakan bahan kayu pipih (dua dimensi) yang kemudian dikenal sebagai Wayang Klithik.           Di daerah Jawa Tengah wayang krucil memiliki bentuk yang mirip dengan wayang gedog. Tokoh-tokohnya memakai dodot rapekan, berkeris, dan menggunakan tutup kepala tekes (kipas). Sedangkan, di Jawa Timur tokoh-tokohnya banyak yang menyerupai wayang kulit purwa , raja-rajanya bermahkota dan memakai praba. Di Jawa Tengah, tokoh-tokoh rajanya bergelung Keling atau Garuda Mungkur saja. Cerita yang dipakai dalam wayang krucil umumnya mengambil dari zaman Panji Kudalaleyan di Pajajaran hingga zaman Prabu Brawijaya di Majapahit. Namun, tidak menutup kemungkinan wayang krucil memakai cerita wayang purwa dan wayang menak, bahkan dari babad tanah jawa sekalipun. Gamelan yang dipergunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang ini amat sederhana, berlaras slendro dan berirama playon bangomati (srepegan). Namun, ada kalanya wayang krucil menggunakan gendhing-gendhing besar.                                                                       12.Wayang Ajenhttp://www.cekricek.co/0_repository/images/Wayang.JPG
  • Wayang ajen adalah hasil kolaborasi wayang golek, wayang kulit, wayang dari bahan fiberglass, tari, dan komposisi musik dalam sebuah pertunjukan. Dalam pementasannya, didukung juga penataan artistik panggung, keserasian tata cahaya, serta kostum harmonis.
    13.Wayang Sasakhttp://tikar.or.id/galeri/preview/galeri/preview/wayang-sasak-3.jpg
    Wayang Sasak adalah pemberian nama terhadap wayang kulit yang berkembang di Lombok Nusa Tenggara Barat. Wayang kulit di Lombok diperkirakan masuk bersamaan dengan penyebaran agama Islam. Sedang Agama Islam masuk Lombok pada abad 16 yang dibawa oleh Sunan Prapen putra dari Sunan Giri. Ada juga yang berpendapat bahwa wayang di Lombok diciptakan oleh pangeran Sangupati.  Ia adalah seorang mubalig Islam.

    Cerita wayang di Lombok pada dasarnya mengambil cerita Menak yang berasal dari Persia yang masuk ke Indonesia melalui tanah Melayu lalu masuk ke Jawa dan tersebar sampai ke Lombok. Cerita-cerita ini ditulis di atas daun lontar dalam bahasa Jawa dengan huruf Jejawan (huruf Sasak). Cerita Menak ini ditulis sesuai dengan peristiwanya seperti : Bangbari, Gendit Birayung, Bidara Kawitan, Selandir, Dewi Rengganis dan sebagainya.

    Pada mulanya,  wayang kulit Sasak dipergelarkan sebagai media dakwah. Selanjutnya, dipergerkan pula untuk upacara adat, seperti khitanan, cukur rambut, dan s
    ebagainya. Disamping sebagai hiburan, pada saat ini wayang di Lombok mempunyai peranan sebagai sarana dakwah dan sarana  pendidikan moral serta sebagai sarana media komunikasi untuk menyampaikan program-program pembangunan.
    14.Wayang Sadat
  • Wayang Sadat yang merupakan suatu bentuk kesenian rakyat berupa wayang kulit, tetapi tokoh dan ceritanya   adalah sejarah Islam yang diambil dari akhir kerajaan Majapahit sampai permulaan kerajaan Mataram. Wayang ini dimainkan siang dan malam hari oleh seorang dalang dengan iringan gamelan.
    15.Wayang Parwahttp://bujangkatapel.files.wordpress.com/2010/10/wayang-kulit.jpgWayang Parwa adalah Wayang kulit yang membawakan lakon - lakon yang bersumber dari wiracarita Mahabrata yang juga dikenal sebagai Astha Dasa Parwa. Wayang Parwa adalah Wayang Kulit yang paling populer dan terdapat di seluruh Bali. Wayang Parwa dipentaskan pada malam hari, dengan memakai kelir dan lampu blencong dan diiringi dengan Gamelan Gender Wayang.
    Walaupun demikian, ada jenis Wayang Parwa yang waktu penyelenggaraannya tidak harus pada malam hari. Jenis itu adalah Wayang Upacara atau wayang sakral, yaitu Wayang Sapuh Leger dan Wayang Sudamala. Waktu penyelenggaraannya disesuaikan dengan waktu upacara keseluruhan.
    Wayang Parwa dipentaskan dalam kaitannya dengan berbagai jenis upacara adat dan agama walaupun pertunjukannya sendiri berfungsi sebagai hiburan yang bersifat sekuler. Dalam pertunjukannya, dalang Wayang Parwa bisa saja mengambil lakon dari cerita Bharata Yudha atau bagian lain dari cerita Mahabharata. Oleh sebab itu jumlah lakon Wayang Parwa adalah paling banyak.
    16.Wayang ArjaWayang arja adalah sebuah wayang ciptaan baru yang diciptakan pada tahun 1975 oleh dalang I Made Sidja dari desa Bona, atas dorongan almarhum I Ketut Rindha. Permunculan wayang ini banyak dirangsang oleh kondisi kehidupan Dramatari Arja yang ketika itu memprihatinkan, didesak oleh Drama Gong. Walaupun masih tetap mempertahankan pola pertunjukan wayang tradisional Bali, Wayang Arja menampilkan lakon-lakon yang bersumber pada cerita Panji (Malat).
    Dalam Wayang Arja, peran utama yang memegang pokok cerita adalah tentang kerajaan-kerajaan yang terbagi dalam sisi "kanan" dan "kiri". Kerajaan-kerajaan yang terangkum dalam sekutu "kanan" antara lain adalah seperti Daha, Koripan, Singasari, dan Gegelang, sementara pihak "kiri"-nya adalah Lasem Metaum, Pajang Mataram, Cemara, dan Pajarakan.
    Dalam wayang ini plot dramatik disusun hampir sama dengan yang terdapat di dalam Dramatari Arja. Oleh sebab itu pertunjukan Wayang Arja berkesan pagelaran Arja dalam bentuk Wayang Kulit.     17.Wayang GambuhWayang Gambuh adalah salah satu jenis wayang Bali yang langka, pada dasarnya adalah pertunjukan wayang kulit yang melakonkan ceritera Malat, seperti wayang panji yang ada di Jawa.
    Karena lakon dan pola acuan pertunjukan adalah Dramatari Gambuh, maka dalam banyak hal wayang Gambuh merupakan pementasan Gambuh melalui wayang kulit. Tokoh-tokoh yang ditampilkan ditransfer dari tokoh-tokoh Pegambuhan, demikian pula gamelan pengiring dan bentuk ucapan-ucapannya.
    Konon perangkat wayang Gambuh yang kini tersimpan di Blahbatuh adalah pemberian dari raja Mengwi yang bergelar I Gusti Agung Sakti Blambangan, yang membawa wayang dari tanah Jawa (Blambangan) setelah menaklukan raja Blambangan sekitar tahun 1634. Almarhum I Ketut Rinda adalah salah satu dalang wayang Gambuh angkatan terakhir yang sebelum meninggal sempat menurunkan keahliannya kepada I Made Sidja dari (Bona) dan I Wayan Nartha (dari Sukawati).
    18.Wayang Cupakhttp://suarapendidikan.com/img_files/budaya_a3aec31e87833907234f90442b4623d8s.jpgWayang Cupak termasuk wayang kulit Bali yang sangat langka, adalah pertunjukan wayang kulit yang melakonkan cerita Cupak Grantang yang mengisahkan perjalanan hidup dari dua putra Bhatara Brahma yang sangat berbeda wataknya.
    Bentuk pertunjukan wayang ini tidak jauh berbeda dengan wayang kulit Bali lainnya hanya saja tokoh-tokoh utamanya terbatas pada Cupak dan Grantang, Men Bekung dan suaminya Pan Bekung, Raksasa Benaru, Galuh Daha, Prabu Gobagwesi dan lain sebagainya.
    Pertunjukan wayang Cupak pada dasarnya masih tetap berpegang kepada pola serta struktur pementasan wayang kulit tradisional Bali (wayang Parwa).
    19.Wayang Beber

    Wayang Beber adalah seni wayang yang muncul dan berkembang di Jawa pada masa pra Islam dan masih berkembang di daerah daerah tertentu di Pulau Jawa. Dinamakan wayang beber karena berupa lembaran lembaran (beberan) yang dibentuk menjadi tokoh tokoh dalam cerita wayang baik Mahabharata maupun Ramayana.
    Wayang beber muncul dan berkembang di Pulau Jawa pada masa kerajaan Majapahit. Gambar-gambar tokoh pewayangan dilukiskan pada selembar kain atau kertas, kemudian disusun adegan demi adegan berurutan sesuai dengan urutan cerita. Gambar-gambar ini dimainkan dengan cara dibeber. Saat ini hanya beberapa kalangan di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Karangmojo Gunung Kidul, yang masih menyimpan dan memainkan wayang beber ini.
    Konon oleh para Wali di antaranya adalah Sunan Kalijaga wayang beber ini dimodifikasi bentuk menjadi wayang kulit dengan bentuk bentuk yang bersifat ornamen yang dikenal sekarang, karena ajaran Islam mengharamkan bentuk gambar makhluk hidup (manusia, hewan) maupun patung serta menambahkan Pusaka Hyang Kalimusada. Wayang hasil modifikasi para wali inilah yang digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam dan yang kita kenal sekarang.
    Salah satu Wayang Beber tua ditemukan di Daerah Pacitan, Donorojo, wayang ini dipegang oleh seseorang yang secara turun-temurun dipercaya memeliharanya dan tidak akan dipegang oleh orang dari keturunan yang berbeda karena mereka percaya bahwa itu sebuah amanat luhur yang harus dipelihara. Selain di Pacitan juga sampai sekarang masih tersimpan dengan baik dan masing dimainkan ada di Dusun Gelaran Desa Bejiharjo, Karangmojo Gunungkidul.
    Menurut Kitab Sastro Mirudo, Wayang Beber dibuat pada tahun 1283, dengan Condro Sengkolo, Gunaning Bujonggo Nembah Ing Dewo (1283), Kemudian dilanjutkan oleh Putra Prabu Bhre Wijaya, Raden Sungging Prabangkara, dalam pembuatan wayang beber. Wayang Beber juga memuat banyak cerita Panji, yakni Kisah Cinta Panji Asmoro Bangun yang merajut cintanya dengan Dewi Sekartaji Putri Jenggolo.
    • WAYANG KAYU     http://www.jogjatrip.com/media/gallery/Kerajinan_Wayang_KAYU.jpg                        sebuah wayang yang bahan pembuatannya berasal dari kayu.
    1. Wayang Golek atau Wayang Tengul                                         Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan wayang yang terbuat dari boneka kayu, yang terutama sangat populer di wilayah Tanah Pasundan.
    2. Wayang Menak Wayang Menak atau disebut juga Wayang Golek Menak merupakan wayang berbentuk boneka kayu yang diyakini muncul pertama kali di daerah Kudus pada masa pemerintahan Sunan Paku Buwana II. Sumber cerita Wayang Menak berasal dari Kitab Menak, yang ditulis atas kehendak Kanjeng Ratu Mas Balitar, permaisuri Sunan Paku Buwana I pada tahun 1717 M.
      Babon induk dari Kitab Menak berasal dari Persia, menceritakan Wong Agung Jayeng Rana atau Amir Ambyah (Amir Hamzah), paman Nabi Muhammad SAW. Isi pokok cerita adalah permusuhan antara Wong Agung Jayeng Rana yang beragama Islam dengan Prabu Nursewan yang belum memeluk agama Islam.

      3. Wayang Papak atau Wayang Cepak Wayang Cepak (Cirebon)
      Wayang Golek Papak merupakan seni pedalangan di daerah Cirebon. Wayang Golek Papak sering disebut dengan Wayang Cepak, karena mempunyai kemiripan arti istilah “papak” dalam bahasa Sunda berarti “Cepak”. Ini membuktikan bahwa wayang Papak berkembang juga di Sunda.
      Dalam Wayang Papak menyampaikan cerita babad, legenda, mitos, riwayat para leluhur di Jawa Barat atau di Jawa pada umumnya. Cerita-cerita Panji dan Menak sering kali ditampilkan.

      Siapa dan kapan Wayang Golek Papak diciptakan tidak diketahui dengan pasti. Diperkirakan Wayang Golek Papak berkaitan dengan penyebaran Agama Islam oleh para Wali. Atas prakarsa Sunan Gunung Jati, Wali Sanga menciptakan beberapa jenis kesenian dan dipimpin oleh Sunan Kalijaga. Diantara kesenian yang diciptakan yaitu Pakeliran Wayang Kulit, Topeng, Barongan, Wayang Wong, Wayang Golek Papak, Wayang Golek Purwa, Reyog dan sebagainya. Diharapkan kesenian yang diciptakan tersebut dapat menjadi sarana dalam pengembangan Islam. Selanjutnya, pakeliran wayang kulit dikembangkan di keraton Cirebon, disamping Wayang Wong dan Wayang Papak.
      Semula wayang Papak diselenggarakan sebagai upacara ketika seseorang masuk Agama Islam. Orang yang akan masuk Islam itu harus dipapak (disunat), giginya juga harus dipapak (diratakan) dan rambutnya juga harus dipapak (dicukur). Dari fungsi pertunjukkan tersebut kemudia disebut dengan wayang Papak.
      Dugaan lain, asal mula wayang Papak – seperti yang diceriterakan oleh Bapak Tunggal Gunawijaya (alm)- berasal dari Pangeran Sutajaya. Ia adalah salah seorang Senapati Kesultanan Carbon dalam pemerintahan Panembahan Adiningrat Kusumah (1649-1655). Pangeran Sutajaya bergelar Pangeran Papak. Ia pernah memberikan seperangkat wayang Golek kepada kepada salah satu bawahannya yang bernama Ki Prengut dengan harapan untuk menyebarkan Agama Islam.. Selanjutnya, wayang tersebut dinamakan dengan Wayang Papak.


      4. Wayang Klithik Wayang klithik.gif
      Wayang klithik adalah wayang yang terbuat dari kayu. Berbeda dengan wayang golek yang mirip dengan boneka, wayang klitik berbentuk pipih seperti wayang kulit.
      Wayang ini pertama kali diciptakan oleh Pangeran Pekik, adipati Surabaya, dari bahan kulit dan berukuran kecil sehingga lebih sering disebut dengan wayang krucil. Munculnya wayang menak yang terbuat dari kayu, membuat Sunan Pakubuwana II kemudian menciptakan wayang klithik yang terbuat dari kayu yang pipih (dua dimensi). Tangan wayang ini dibuat dari kulit yang ditatah. Berbeda dengan wayang lainnya, wayang klithik memiliki gagang yang terbuat dari kayu. Apabila pentas menimbulkan bunyi "klithik, klithik" yang diyakini sebagai asal mula istilah penyebutan wayang klithik.
      Di Jawa Tengah wayang klithik memiliki bentuk yang mirip dengan wayang gedog. Tokoh-tokohnya memakai dodot rapekan, berkeris, dan menggunakan tutup kepala tekes (kipas). Di Jawa Timur tokoh-tokohnya banyak yang menyerupai wayang purwa, raja-rajanya bermahkota dan memakai praba. Di Jawa Tengah, tokoh-tokoh rajanya bergelung Keling atau Garuda Mungkur saja.
      Repertoar cerita wayang klitik juga berbeda dengan wayang kulit. Di mana repertoar cerita wayang kulit diambil dari wiracarita Ramayana dan Mahabharata, repertoar cerita wayang klitik diambil dari siklus cerita Panji dan Damarwulan.
      Cerita yang dipakai dalam wayang klithik umumnya mengambil dari zaman Panji Kudalaleyan di Pajajaran hingga zaman Prabu Brawijaya di Majapahit. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan wayang krucil memakai cerita wayang purwa dan wayang menak, bahkan dari Babad Tanah Jawi sekalipun.
      Gamelan yang dipergunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang ini amat sederhana, berlaras slendro dan berirama playon bangomati (srepegan). Ada kalanya wayang klithik menggunakan gending-gending besar.



      5. Wayang Timplonghttp://jawatimuran.files.wordpress.com/2012/07/wayang-timplong003.jpg
      Wayang Timplong adalah sejenis kesenian wayang dari daerah Nganjuk, Jawa Timur.
      Kesenian tradisional ini konon mulai ada sejak tahun 1910 dari Dusun Kedung Bajul Desa Jetis, Kecamatan Pace, provinsi Jawa Timur. Wayang ini terbuat dari kayu, baik kayu waru, mentaos, maupun pinus. Instrumen gamelan yang digunakan sebagai musik pengiring, juga sangat sederhana. Hanya terdiri dari Gambang yang terbuat dari kayu atau bambu, ketuk kenong, kempul dan kendang.
      6. Wayang Potehi 
      Wayang Potehi merupakan salah satu jenis wayang khas Tionghoa yang berasal dari Cina bagian selatan. Kesenian ini dibawa oleh perantau etnis Tionghoa ke berbagai wilayah Nusantara pada masa lampau dan telah menjadi salah satu jenis kesenian tradisional Indonesia.



      • WAYANG ORANG Berkas:Wayang Wong Bharata Pandawa.jpgWayang orang disebut juga dengan istilah wayang wong (bahasa Jawa) adalah wayang yang dimainkan dengan menggunakan orang sebagai tokoh dalam cerita wayang tersebut. Wayang orang diciptakan oleh Sultan Hamangkurat I pada tahun 1731.
        Sesuai dengan nama sebutannya, wayang tersebut tidak lagi dipergelarkan dengan memainkan boneka-boneka wayang (wayang kulit yang biasanya terbuat dari bahan kulit kerbau ataupun yang lain), akan tetapi menampilkan manusia-manusia sebagai pengganti boneka-boneka wayang tersebut. Mereka memakai pakaian sama seperti hiasan-hiasan yang dipakai pada wayang kulit. Supaya bentuk muka atau bangun muka mereka menyerupai wayang kulit (kalau dilihat dari samping), sering kali pemain wayang orang ini diubah/dihias mukanya dengan tambahan gambar atau lukisan.
        Pertunjukan wayang orang yang masih ada saat ini, salah satunya adalah wayang orang Barata (di kawasan Pasar Senen, Jakarta), Taman Mini Indonesia Indah, Taman Sriwedari Solo, Taman Budaya Raden Saleh Semarang, dan lain-lain.

      1. Wayang Gung https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRfBGewOFCYSopPIZblSuU2afo3gawfUq-qcWF-6ib2XFdWVdfvQi1yp3IQ8BLib-_hamfqOZX8Y_jRNFEEo6IYKpAQSHXo8_zQXmqlVLtY5ac_w-bg-F0UD4rl_0izji1e832mSSisQhy/s1600/hanoman+beraksi.jpg
      Wayang Gung adalah sejenis kesenian wayang orang pada suku Banjar di Kalimantan Selatan.

      2. Wayang Topeng http://www.joglosemar.co.id/wayang/topeng.jpg
      Wayang Topeng pada dasarnya mirip dengan Wayang Orang. Perbedaannya adalah penggunaan perlengkapan topeng penutup wajah pada Wayang Topeng. Selebihnya, iringan gamelan, cara pementasan, tari, dan lain-lain lebih kurang serupa dengan Wayang Orang.
      Sebagian peneliti wayang memperkirakan Wayang Topeng Purwa merupakan Wayang topeng yang pertama, diciptakan oleh Sunan Kalijaga, salah seorang dari Walisanga. Ini terjadi pada tahun 1586 M, atau 1508 saka, ditandai dengan candra sengkala Hangesti Sirna Yakseng Bawana, di zaman Kesultanan Demak.
      Selain menyebar ke berbagai daerah, dalam perkembangannya, Wayang Topeng itu terpecah menjadi beberapa jenis diantaranya adalah: Wayang Topeng Purwa yang menggunakan topeng untuk peran-peran kera pada cerita Ramayana, dan peran-peran raksasa, misalnya Kumbakarta, Prahasta, dan lain-lain.


      • WAYANG RUMPUT atau WAYANG SUKEThttp://www.wanitaonline.com/newsletter/august2009/images/wayang9b.jpg
        Wayang Suket atau rumput adalah seni pertunjukan multimedia yang merupakan eksplorasi inovatif dari seni pertunjukan yang tradisi (kulit) yang dipadu dengan teater, tari dan musik. Selain itu, lakon dalam wayang suket juga tidak selalu diceritakan oleh dalang melalui karakter wayang, tapi dimainkan juga oleh personal lainnya dalam bentuk teater dan tari. Dialog bukan Cuma milik dalang, tapi juga terjadi di antara pemain dan dalang.

        Rumput, bahan dari karakter wayang suket, mengandung filosofi mengenai kehidupan, karena walaupun hidup di bawah dan kerap diinjak, bahkan dipangkas, tetap dapat bertahan hidup. Tumbuhnya rumput juga selalu diikuti keberadaan unsure alam lain, seperti tanah, air, udara dan matahari. Hal ini juga memberi illustrasi terhadap nasib pertunjukan wayang, ketika sempat menjadi tontonan mewah, untuk kalangan ‘istana’, wayang tetap dinikmati dan dipentaskan masyarakat dipedesaan kebanyakan. Salah satunya adalah dengan membuat wayang dari rumput, seperti wayang suket ini. Banyak pengamat menyebut wayang suket sebagai symbol semangat tradisi yang terus hidup, bahkan di tengah modernitas dengan tetap mencipta kreasi baru tanpa kehilangan orisinalitas.

        Tidak heran jika kemudian lakon dalam pertunjukan wayang suket selalu dekat dengan masyarakat, sarat dengan humor- humor cerdas dan padat dengan kandungan renungan filosofis tentang kehidupan.


        Salah satu pembuat Wayang Rumput adalah Ki GEPUK yang tinggal di Desa Bantar Barang, Kecamatan Rembang, Purbalingga, Jawa Tengah. Ia mulai membuat Wayang Rumput sewaktu berusia sekitar 23 tahun. Peraga Wayang Rumput yang pertama kali dibuat adalah tokoh Wisanggeni, anak Arjuna dari Dewi Dresanala.

       

    0 comments: